Rabu, 05 September 2012

Imam Az Zuhri : Sang Maha Guru Hadits

“Aku tidak menduga bahwa ada orang yang menguasai ilmu seperti Ibnu Syihab.” (Rabiah ar-Ra’yi Rah.a) 

Hisyam bin Abdul Malik, Khalifah Kesepuluh Daulat Umayyah, ingin menguji seberapa kuat hapalan Imam az-Zuhri, seorang ahli hadits di masanya. Sang Khalifah ingin az-Zuhri mendiktekan hadits kepada anaknya dengan dibantu seorang juru tulis tanpa melihat catatan. Dengan lancarnya Imam az-Zuhri mendiktekan empat ratus hadits Rasulullah SAW. 

Beberapa bulan kemudian, Khalifah Hisyam kembali memanggil Imam az-Zuhri. Kepadanya Khalifah berpura-pura menyatakan kekecewaannya lantaran hilangnya catatan empat ratus hadits beberapa waktu yang lalu yang didiktekan sang Imam.
Menanggapi keluhan tersebut, Imam az-Zuhri menjawab, "Anda tidak usah khawatir, saya masih cukup segar menghafalnya. Yang penting siapkan saja jurutulis untuk saya diktekan lagi!"

Setelah segalanya siap, Imam az-Zuhri mulai mendiktekan empat ratus hadits yang kata sang Khalifah hilang. Si juru tulis mencatatnya dengan cermat setiap kata yang keluar dari lisan sang Imam. Setelah selesai, diserahkanlah catatan itu kepada Khalifah Hisyam. 

Khalifah mengecek dan mengkonfrontasikan dokumen baru itu dengan catatan lamanya. Ternyata hasilnya luar biasa.

Tak ada satu kata pun yang berbeda antara catatan yang lama dan yang baru. Kedua catatan yang berisi empat ratus hadits itu persis sama! Atas dasar itulah Khalifah Hisyam menyuruh sang Imam mengajarkan hadits kepada anaknya.

Diantara keagungan dan wujud Maha kuasa Allah adalah menjadikan Imam ini keturunan dari orang-orang yang paling banyak memusuhi Nabi SAW. Namun, Allah-lah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Allah Maha kuasa menciptakan laki-laki ini: Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri al-Quraisy. Ia lahir dikota Syam. Dalam lembaran sejarah, ia dikenal dengan nama Imam az-Zuhri.
Ia dikaruniai usia panjang. Muhammad az-Zuhri sempat bertemu dengan sebagian shahabat Nabi SAW, bertemu dengan 10 shahabat dan mengambil ilmu dari mereka. Ia meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Sahl bin Sa’ad, Saib bin Yazid dan beberapa sahabat lainnya.
Muhammad az-Zuhri sangat mencintai ilmu. Ia bersedia melakukan perjalanan panjang untuk menuntut ilmu. Begitu cintanya pada ilmu sehingga dengan bangga ia berkata:
“Tidaklah kesabaran seseorang terhadap ilmu seperti kesabaranku. Tidak juga mereka menyebarkannya seperti diriku.”
Jika ia masuk ke rumah, ia langsung bergelut dengan buku sehingga melupakan hal-hal lain. Ketika istrinya masuk. Muhammad az-Zuhri selalu bersama bukunya. Sang istri sampai cemburu. Tapi, wajarkah seseorang cemburu terhadap buku. Cemburu pada buku yang telah menyita waktu suaminya? Sang istri pernah berdiri disampingnya seraya berkata:
“Demi Allah, kecemburuanku pada buku-buku ini lebih besar daripada tiga wanita?”
Beginilah Muhammad az-Zuhri menghabiskan waktunya. Untuk itu, ia selalu mendampingi para ulama. Ia pernah berkata,”Hewan tungganganku berjalan mengiringi Said bin Musayyib selama delapan tahun.”
Lihat juga keseriusan Muhammad az-Zuhri terhadap ilmu ketika dia menyertai Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, salah seorang ahli fiqih Madinah. Muhammad az-Zuhri melayaninya layaknya seorang pembantu melayani tuannya. Ketika pembantu sebenarnya Ubaidillah pergi, Muhammad az-Zuhri datang mengetuk pintu.
“Siapa didepan pintu,” tanya Ubaidillah.
Budak Ubaidillah menjawab,” Pelayanmu!”
Ubaidillah mengira pembantunya. Padahal, dia adalah Muhammad az-Zuhri.
Karena itu, tak heran kalau Muhammad az-Zuhri banyak mengumpulkan beragama ilmu. Pantaslah Laits bin Sa’ad memberikan pujian, “Aku tidak mengetahui ada orang alim yang mengumpulkan banyak ilmu daripada Ibnu Syihab.”
Suatu ketika, Muhammad az-Zuhri pergi ke Madinah. Disana ia bertemu dengan Rabiah ar-Ra’yi. Keduanya pun masuk ke kantor hingga waktu ashar. Muhammad az-Zuhri berkata,”Aku tidak menyangka bahwa di Madinah ada orang sepertimu.”
Rabiah ar-Ra’yi keluar seraya berkata,”Aku tidak menduga bahwa ada orang yang menguasai ilmu seperti Ibnu Syihab.”Maksudnya, Muhammad az-Zuhri.
Ia juga mendapat pujian dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz,”Bagi kalian Ibnu Syihab, Sungguh kalian tak akan menemukan seseorang yang lebih mengetahui Sunnah terdahulu darinya.”
Imam az-Zuhri juga dikaruniai Allah dengan kekuatan menghafal dan mengingat. Ia sangat bersyukur dengan karunia ini. “Tidak ada sesuatu pun yang diterima hatiku yang kulupakan.” Ia juga berkata,”Aku tidak pernah ragu terhadap hafalan hadisku kecuali satu hadis. Aku pun menanyakan pada salah seorang sahabatku. Ternyata persis seperti yang kuhafal.”
Muhammad az-Zuhri tak hanya mengantungi banyak ilmu, tapi juga mengamalkannya. Suatu ketika Muhammad bin al-Munkadir melihatnya lalu berkata,” Aku melihat diantara dua mata az-Zuhri ada tanda bekas sujud.” Ini menunjukan banyaknya ibadah sang imam.
Perhatikan juga kedalaman ilmu fiqihnya. Dia berbuka pada puasa Ramadhan ketika musafir. Namun saat hari Asyura’ ketika safar, dia justru berpuasa. Saat ditanya mengapa dia berbuka dan kadang berpuasa ketika musafir, ia menjawab,”Sesungguhnya puasa hari-hari ramadhan bisa diganti dengan hari lain. Sedangkan hari Asyura’ tidak.”
Betapa indah ibadah ahli ilmu. Betapa indah ibadah para ulama. Betapa banyak orang alim ketika membaca Al-Qur’an mendapatkan kenikmatan yang tak didapat prang selain mereka. Dengan membaca Al-Qur’an, mereka mengetahui perintahNya dan memahami yang halal dan haram.
Ketika salah seorang saudaranya ditanya, apakah az-Zuhri menggunakan minyak wangi, saudaranya menjawab,”Aku mencium minyak wangi dari langkah hewan kendaraan az-Zuhri.”
Bukanlah termasuk zuhud seseorang yang menolak perhiasan dunia. Zuhud adalah memakan yang halal tanpa berlebihan. Siapa yang makan yang baik dan melaksanakan HakNya dan mengambil dari dunia sekadar yang ia butuhkan, itulah zuhud sebenarnya.
Muhammad az-Zuhri biasa bergaul dengan para penguasa. Karenanya, para khalifah Bani Umayyah banyak yang memuliakannya. Suatu saat ia berada disuatu kaum yang mengeluh,”Kami mempunyai 18 wanita yang sudah lanjut usia. Mereka tak mempunyai pelayan.”
Imam az-Zuhri segera memberikan 10000 dirham, dan menyiapkan 1000 dirham untuk pelayan mereka.
Raja’ bin Haywah pernah menasehatinya tentang kedekatannya dengan para penguasa Bani Umayyah,”Tidaklah engkau aman dari tangan-tangan mereka (maksudnya para penguasa Bani Umayyah).”
Imam az-Zuhri berjanji untuk mengurangi kedekatannya. Ketika suatu saat, Raja’ menemuinya, az-Zuhri sudah meletakan makanan dan meninggalkan manisan mereka. Raja’ berkata,”Wahai Abu Bakar, ini yang kami bedakan.” Lalu az-Zuhri berkata,”Sesungguhnya, kedermawanan itu tidak bisa dengan coba-coba.”
Ahmad bin Hanbal berkata,”az-Zuhri orang yang terbaik dalam hal hadis dan terbaik dalam hal isnad.”
Walaupun dekat dengan penguasa, hal itu tidak membuat imam az-Zuhri mengekor. Ia tetap tegas menolak hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Suatu ketika, Sulaiman bin Yasar menemui Hisyan bin Abdul Malik.”Wahai Sulaiman!Siapa yang memanggul dosa besar dari golongan mereka?(maksudnya dari lawan Aisyah?)” tanya Hisyam. “Abdullah bin ubay bin Salul,”jawab Sulaiman.
“Engkau berbohong!Tapi Ali bin Abi Thalib.”
“Amirul Mukminin lebih mengetahui apa yang ia katakan,”jawab Sulaiman.
Ketika Imam az-Zuhri menemui Hisyam, ia ditanya dengan pertanyaan serupa.”Abdullah bin Ubay bin Salul,” jawab az-Zuhri.
“Engkau bohong!Tapi Ali bin Abi Thalib,”ujar Hisyam.
“Tidak. Seandainya ada seruan dari langit yang mengatakan bahwa Allah menghalalkan berbohong, aku tetap tidak mau berbohong. Dari Urqah bin Zubair, Said bin Musayyab, dan Ubaidillah bin Abdullah dari Aisyah bahwa orang yang memanggul dosa dari lawannnya adalah Abdullah bin Ubay bi Salul.”

Imam az-Zuhri adalah orang pertama yang membukukan hadits. Langkahnya diikuti pakar-pakar hadits sesudahnya sehingga lahirlah kitab-kitab hadits mutabar. Di antaranya, al-Muwaththa susunan Imam Malik, Shahih Bukhary oleh Imam Bukhary, Shahih Muslim oleh Imam Muslim, dan kitab-kitab hadits lainnya yang tak terhitung jumlahnya.

Sebagian besar hadits yang diriwayatkannya jarang diriwayatkan orang lain. Dengan demikian, haditsnya akan melengkapi dan memperkaya hadits lain. Imam az-Zuhri amat cermat menilai sanad hadits. Dialah yang mendorong agar perawi menyebutkan sanad ketika meriwayatkan hadits. Sebab, tanpa sanad siapa pun bisa berbicara apa saja yang dimaui tanpa diketahui apakah itu hadits shahih atau bukan.

Banyak hal yang bisa kita teladani dari sosok perawi hadits ini. Di antaranya, ketajaman otaknya dan kekuatan hapalannya yang tak tertandingi. Dengan kekuatan hapalan yang luar biasa itu, Imam az-Zuhri berhasil menghafal al-Quran hanya dalam waktu delapan puluh satu hari, sungguh luar biasa!

Selain itu, Imam az-Zuhri merupakan sosok pengabdi hadits sejati. Ia mempunyai kumpulan hadits yang jumlahnya mencapai dua ribu lebih. Ia juga mengkader murid-muridnya dengan jalan mengajar, membiayai, dan memfasilitasi segela keperluan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini Imam Malik menuturkan, Imam az-Zuhri mengumpulkan orang-orang yang belajar hadits dan memberikan makanan dan perlengkapan lainnya dalam musim dingin atau musim panas.

Imam Malik sendiri pernah memberikan kesaksian akan kewibawaan Imam az-Zuhri, gurunya. "Jika Imam az-Zuhri memasuki Madinah, tak seorang pun ahli hadits yang berani menyampaikan hadits di depannya sampai ia beranjak keluar dari kota itu," papar Imam Malik.

Masih menurut Imam Malik, jika sejumlah ulama senior datang ke Madinah, orang-orang tidak begitu antusias menyambut mereka dibandingkan dengan kedatangan Imam az-Zuhri. Jika Imam besar ini datang, maka penduduk pun beramai-ramai memohon fatwanya.

Pakar hadits yang bernama asli Muhammad bin Syihab az-Zuhri ini lahir pada 50 H pada periode akhir masa sahabat. Meskipun demikian ia sempat bertemu dengan beberapa sahabat ternama. Di antaranya mereka adalah Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Sahal bin Saad. Mereka adalah ahli di bidang hadits.

Disamping itu ia juga masih mendapatkan rujukan lain dari para tabiin senior seperti Abu Idris al-Khaulani, Salim bin Abdullah bin Umar, Said bin Musayyab, dan lainnya. Imam az-Zuhri wafat pada 124 H.

Sangat disayangkan, buah koleksi haditsnya hilang tak tentu rimba. Kita kehilangan perbendaharaan ilmu yang berharga melebihi emas dan perak.

Dalam keadaan seperti sekarang, mengharap lahirnya Imam az-Zuhri baru tentu bagai mimpi. Apalagi di tengah carut marutnya bangsa, kita juga sedang mengalami kelangkaan ulama sejati. Merekalah para ulama yang tak hanya mampu menguasai ilmu, tetapi juga bisa menjaganya. Tentu, menjadi penjaga ilmu jauh lebih sulit ketimbang menjadi pencarinya.

Untuk bangkit dari keterpurukan, para wanita di negeri ini harus rajin melahirkan sosok ulama sejati seperti Imam az-Zuhri. Merekalah yang akan membimbing para pemimpin bangsa untuk mengakhiri penderitaan. Itu, tak bisa terwujud dalam hitungan hari. Tapi melalui tarbiyah (pendidikan) panjang dan berkesinambungan yang kadang dipenuhi beragam rintangan. Wallahu alam. 

Demikianlah. Imam az-Zuhri tetap pada pendiriannya. Ia wafat dalam usia 72 tahun. Ia meninggal pada malam selasa, 17 Ramadhan tahun 124 Hijriyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar yang membangun demi perbaikan Blog ini kedepan...
Sangat Disarankan untuk Memberikan Komentar yang Berbobot, Jelas, Padat dan sesuai serta relevan dengan Artikel dan Dilarang meninggalkan Link Hidup maupun Link Mati Pada Kolom Komentar, Komentar Yang Hanya : Thanks, Trims, Sip, Gan, Terima kasih dan Sejenisnya Tidak akan di Publikasikan. Terima Kasih.

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
 
Support : Creating Website | Mas Template
Copyright © Oktober 2012. Taufik Irawan ::: Official Community ::: - All Rights Reserved
Template Modify by Taufik Irawan
Proudly powered by Blogger